unsur- unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri.
- Tema: Keadilan di Masyarakat
- Alur: Maju (progesif)
- Latar
1.
Latar
tempat, yaitu latar mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
Pada cerpen, latar tempat ditunjukan
pada kutipan cerpen sebagai berikut:
Seorang pengacara muda yang
cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati
oleh para penegak hukum.
Latar tempat yang dimaksud,
merupakan kantor pengacara dimana tempat ayahnya seorang pengacara senior.
- Latar Sosial, yaitu yang mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat
berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
- Penokohan
Penokohan lebih luas pengertiannya
daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita
- Pengacara Muda (anak): merupakan seorang pemuda yang
kritis, tekun, bersemangat cerdas dan profesional terhadap pekerjaannya
sebagi seorang pengacara. Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini:
“Aku tidak datang untuk menentang
atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk
dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi
terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil
untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak
memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan
yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan
itu sendiri”
Dari kutipan diatas menunjukkan
bahwa pengacara muda tersebut cerdas, dan berpikir kritis. Ia mencermati
keadaan dan situasi, seorang pengacara muda yang bersikap adil dan profesional
pada pekerjaannya sebagai pengacara.
- Pengacara Senior (ayah): tua, lemah dan sakit. Memiliki
bijaksana, penyayang, rendah hati. Hal tersebut berdasarkan kutipan:
“Aku kira tak ada yang perlu dibahas
lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan
putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia.”
Pengacara muda itu jadi amat
terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat
tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan
kesakitan.
Dari kutipan diatas, karakter tokoh
ayah yang menyayangi dan merindukan putranya. Pengacara senior sudah tampak
lemah dan tua.
- Sekretaris, perhatian, baik, cantik jelita. Hal
tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini:
Sekretarisnya yang jelita, kemudian
menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
“Maaf, saya kira pertemuan harus
diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam.”
Dikemukakan, bahwa sekretaris yang
cantik dan dan perhatian. Ia mengatakan bahwa pengacara senior hendak
beristirahat,
- Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view)
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya
fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap
kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut
pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang
tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Sudut pandang
yang terdapat dalam cerpen Peradilan Rakyat adalah Sudut pandang orang ketiga
yaitu sudut pandang yang biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau
“dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; Contohnya pada kutipan
dibawah ini
Pengacara tua yang bercambang dan
jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya,
lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung,
…. Pengacara muda diam beberapa lama
untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang
Berdasarkan pada kutipan diatas,
diketahui penggunaan tokoh “ia” dan subjek lain dengan kata ganti pengacara
muda.
- Gaya Bahasa
Bahasa dalam cerpen memilki peran
ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun
juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang
dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan,
menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan
sebagainya. Melebih-lebihkan kata sehingga menampilkan unsur-unsur sasta yang
indah dan menarik. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering
dijumpai kalimat-kalimat khas. Menurut Sumadiria (2006 :147—160) mengemukakan
macam-macam gaya bahasa adalah sebagai berikut.
- Gaya Bahasa Perbandingan
- Gaya bahas perumpamaan, contohnya: penjahat itu licin
seperti belut; rakus seperti monyet;seperti kucing dan anjing; seperti
singa yang lapar; bagai air dengan minyak.
Pada cepen gaya bahasa perumpamaan
adalah sebagai berikut:
- Mereka menyebutku Singa Lapar.
- Jangan membunuh diri dengan deskripsi-deskripsi yang
menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan
mata air, bagai suara alam
- Keadilan tak boleh menjadi sebuah taeter, tetapi mutlak hanya pencari
keadilan yang kalau perlu dingin dan beku.
- Metafora, contohnya; anak emas, buah bibir, buah
tangan, mata keranjang, jinak-jinak merpati, air mata buaya dsb.
Pada cerpen metafora, adalah sebagai
berikut:
- Dengan gemilang dan mudah ia mempencundangi negara
dipengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu.
- Depersonikfikasi, gaya bahasa yang mengandaikan manusia
atau segala hal yang hidup, bernyawa, sebagai benda-benda mati yang kaku
dan beku. Pada cerpen contohnya adalah sebagai berikut:
- Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai
lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster
raksasa.
- Personifikasi, gaya bahasa perbandingan yang
mengandaikan benda-benda mati, termasuk gagasan atau konsep-konsep yang
abstrak, berperilaku seperti manusia yang menggerakan seluruh tubuhnya.
Pada cerpen gaya bahasa personifikasi adalah sebagai berikut:
- Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita
keganasan yang merebak diseluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk,
air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
- Gaya Bahasa Pertentangan
- Hiperbola, gaya bahasa yang pernyataan yang
melebih-lebihkan jumlahnya ukurannya, atau sifatnya dengan maksud
memberikan penekanan pada suatu pertanyataan atau situasi untuk memperhebat,
meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Pada cerpen contoh gaya bahasa
hiperbola adalah sebagai berikut:
- Tetapi kamu sebagai ujung tombak pencarian keadilan
di negeri yang sedang, dicabik-cabik korupsi ini.
- Namun yang lebih buas dan keji ketika memperoleh
kesempatan menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu
diberhalakannya.
- Jangan membunuh diri dengan deskripsi-deskripsi
yang menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah
sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam
- Tapi aku tolak mentah-mentah.
- Keadilan tak boleh menjadi sebuah taeter, tetapi mutlak
hanya pencari keadilan yang kalau perlu dingin dan beku.
- Yang tua memicingkan mata dan mulai menembak lagi.
- Juga bukan ingin memburu publikasi dan
bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusian di mancanegara yang
benci negaramu, bukan?
- Entah luluh oleh senyum dibibir wanita yang
memiliki mata yang sangat indah itu.
- membebaskan bajingan yang ditakuti oleh seluruh rakyat
dinegeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung diudara.
- Ia merayakan kemenangan dengan pesta kembang semalam
suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi.
- Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan
pemerintahan yang sah.
- Penjahat besar yang akan terbebaskan akan menyulut
peradilan rakyat.
2. Gaya bahasa Sinisme, merupakan
gaya bahasa berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan
terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Pada cerpen adalah sebagai berikut:
- Tidak seperti pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang.
Maksudnya, saat ini banyak pengacara
yang bekerja dengan tidak profesional. Menjual kejujuran demi kepentingan
pribadi atau kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar