Kedua istilah tersebut maupun gejala penyakitnya
seringkali dicampuradukkan. Keduanya memang sama-sama mengacu pada penyakit
tulang, sama-sama sering dijumpai pada kaum wanita usia > 50 tahun (atau post
menopause) serta sama-sama merupakan penyakit menahun yang sulit untuk
disembuhkan seperti sediakala. Lalu kalau pinggang atau lutut Anda sering sakit
apakah itu gejala pengapuran atau tulang keropos, atau bisa jadi dua-duanya ?
Osteoarthritis (OA) atau dikenal sebagai
pengapuran adalah suatu penyakit tulang yang menggambarkan kerusakan pada
tulang rawan sendi, jadi karena proses kerusakannya di sini terjadi pada rawan
sendi pastilah kelainan dan nyeri yang dijumpai umumnya terjadi pada
sendi-sendi tubuh. Sesuai namanya, di sini terjadi penumpukan zat kapur atau
kalsium pada lokasi tulang rawan yang merupakan engsel dari sendi kita. Jadi
istilahnya persendian kita aus ditandai dengan rawannya yang rusak dan kemudian
kerusakan itu secara alamiah ditutupi tubuh dengan menimbun kalsium di situ. Sialnya
kalsium yang tertimbun itu merupakan zat yang keras, tidak seluwes si rawan
sendi, dan juga bentuknya terkadang tajam-tajam tak beraturan sehingga yang
terjadi kemudian adalah nyeri saat sendi digerakkan. Selain itu celah antar
sendi menyempit sehingga membatasi gerakan sendi dan menimbulkan kekakuan.
Lain lagi ceritanya tentang osteoporosis atau
dikenal sebagai tulang keropos atau kopong. Pada osteoporosis massa yang membentuk tulang sudah berkurang,
sehingga tulang dapat dikatakan kopong. Struktur pengisi tulang antara lain
berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium, berfungsi bagaikan semen
cor-an nya tulang. Ketika massa
ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat
menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang
gampang terjadi. Sebagai perbandingan, apabila saya terpeleset di kamar mandi
dan pinggul saya menghantam lantai, mungkin yang terjadi kemudian adalah daerah
sekitar situ bengkak dan sakit, namun tulangnya tak apa-apa karena massa tulang saya masih
oke. Tapi jika yang mengalami hal itu adalah penderita osteoporosis, maka tak
anyal lagi terjadi patah tulang setempat, dan hal itu dinamakan fraktur
patologis.
Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu
mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent
disease. Jadi jika dengkul maupun punggung Anda seringkali kaku dan nyeri,
yang lebih rasional untuk dicurigai adalah si OA (pengapuran) bukannya si
osteoporosis. Keduanya memang dekat dengan wanita usia post menopause dikarenakan
proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh dari hormone estrogen
yang lazimnya menurun saat wanita post menopause. Selain itu OA (pengapuran)
sendi dipicu pula dengan berbagai trauma menahun pada sendi tersebut seperti
misalnya over use saat olahraga (misalnya banyak menimpa para pesenam)
maupun jenis trauma minor sekalipun seperti sering nyeletek-nyeletekin jari.
Trauma menahun pada sendi akan membuat rawannya mudah aus akibatnya akan
terjadi penumpukan kalsium disana (osteofit).
Osteoporosis selain bergantung pada fungsi
hormone estrogen juga ditengarai berkaitan dengan stok kalsium yang kurang pada
tubuh, misalnya jarang minum susu. Namun yang penting untuk diketahui, puncak massa tulang kita sudah
menurun saat kita mulai masuk usia kepala tiga, artinya kita harus sudah
memulai menimbun kalsium sejak kita usia pertengahan untuk menjamin saat tua
nanti tulang kita masih cukup padat.
Jadi apabila sudah mengalami osteoporosis dan
baru memulai minum suplemen tinggi kalsium maupun susu tinggi kalsium, hal
tersebut tidak akan banyak faedahnya. Selain pada susu, kalsium yang tinggi
juga dapat dijumpai pada ikan-ikan kecil seperti ikan teri. Kalsium dari
alamiah memang lebih dianjurkan, sementara suplemen kalsium dosis tinggi dapat
menimbulkan beberapa masalah seperti terbentuknya batu saluran kemih serta
adanya isu peningkatan risiko stroke dan serangan jantung yang menyertai para
wanita usia lanjut yang mengkonsumsi suplemen kalsium secara rutin (sesuai
laporan research di Auckland, New Zealand baru-baru ini).
Bagaimana mendeteksi OA maupun
osteoporosis?
Mendeteksi OA relatif lebih gampang karena
penyakit ini akan menimbulkan kekakuan dan nyeri pada sendi-sendi tertentu,
terutama sendi-sendi jari, lutut dan tulang punggung. Yang tersering dewasa ini
adalah sendi lutut, karena sesuai dengan proses terbentuknya OA pada sendi
yaitu sendi lutut lah yang paling sering mendapatkan trauma menahun, terutama
pada mereka yang gemuk. Dengan foto roentgen konvensional kita sudah dapat mendiagnosa
adanya OA serta derajadnya. Pada foto akan didapatkan adanya penyempitan celah
sendi dengan tepinya yang tak rata dan adanya osteofit (bangunan
runcing-runcing). Apabila OA sudah tergolong derajat 3 atau 4 (dua derajad
akhir), umumnya sendi tak dapat diselamatkan lagi dengan berbagai obat-obatan.
Ortoped (dokter tulang) umumnya akan menganjurkan lutut demikian di reparasi
seluruhnya dan digantikan dengan bahan metal buatan, suatu operasi yang dikenal
sebagai Total Knee Replacement.
Osteoporosis umumnya tak bergejala dan
penilaiannya tak cukup dari hasil roentgen konvensional. Perlu suatu alat
khusus yang dinamakan bone densitometri untuk dapat menilai kepadatan massa tulang. Dengan
demikian tulang Anda dapat dideteksi sebagai tulang dengan massa yang masih baik, osteopenia (mulai
menurun kepadatan massanya) atau malah sudah osteoporosis (keropos). Berbeda
dengan OA yang ujung-ujungnya berupa tindakan bedah, pada osteoporosis kita
masih mengandalkan berbagai obat-obatan, kecuali jika sudah terjadi fraktur
patologis. Obat yang menjadi andalan baru untuk mengatasi osteoporosis adalah
bisfosfonat. Sebaiknya bagi Anda yang terutama wanita dan berusia 50 tahun ke
atas saya anjurkan sekali waktu perlu menilai bone densitometri tulang Anda dan
konsultasi kepada ahlinya diperlukan sebelum fraktur patologis terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar